
Bahkan ada pula yang melihat bahwa kenaikan TDL kali ini akan menyebabkan harga listrik di Indonesia akan menjadi yang paling tinggi di kawasan Asia Tenggara. Padahal jika seluruh pembangkit listrik dengan bahan bakar gas yang ada bisa dioperasikan, menurut SP PLN, PLN bisa menghemat Rp23,3 triliun dan persoalan TDL ini tidak akan pernah terjadi karena PLN tidak akan memerlukan subsidi dari pemerintah.
Persoalannya ini terjadi karena dalam UU Minyak dan Gas Bumi, pemerintah hanya mengalokasinya 25 persen gas nasional untuk kebutuhan domestik sehingga beberapa industri di dalam negeri yang membutuhkan gas alam, termasuk pembangkit listrik PLN, terpaksa dioperasikan menggunakan BBM. Karena seperti dikemukakan Presiden beberapa waktu yang lalu bahwa yang kita hadapi sesungguhnya bukanlah sekedar persoalan TDL,
tetapi bagaimana menemukan cara agar pembangunan sektor ketenagalistrikan bisa berjalan dengan baik dan bisa menghasilkan tenaga listrik yang lebih banyak lagi. Persoalan yang dihadapi saat ini adalah sebagian besar pembangkit tenaga listrik yang ada dan dioperasikan saat ini bersandar pada bahan bakar minyak yang harganya relatif mahal sehingga out-putnya juga mahal.

Kalau harapannya TDL tidak dinaikkan, jalan satu-satunya saat ini tentunya semua pembangkit yang masih menggunakan BBM tetapi bisa menggunakan gas alam, pasokan gas alamnya harus dipenuhi, sambil menunggu pembangunan pembangkit listrik lain berbahan bakar batubara atau gas alam।

meski untuk masyarakan miskin tidak mengalami kenaikan tapi tetap akan berdampak sosial lainnya sementara pendapatan masyarakat sendiri belum ada kenaikan. "Sudah menjadi hukum pasar manakala pemerintah mengeluarkan kebijakan menaikkan TDL maupun bahan bakar minyak (BBM) dipastikan diikuti dengan kenaikan harga kebutuhan masyarakat di pasaran.
Kembali rakyat menjadi korban kebijakan yang tidak tepat ini.!